Ospek yang Kebablasan, Mahasiswa Disuruh Aksi Hubungan Intim
Daftar Isi
Video kesaksian :
Dalam kasus Orentasi Kemah Bakti Desa (KBD) yang digelar Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Jawa Timur, 13 Oktober 2013 lalu diakui delapan saksi memang banyak perlakuan yang tidak manusiawi.
Hal itu disampaikan Koordinator aksi, Lalu Mustaqim, kepada wartawan disela-sela aksi yang dilakukan mahasiswa asal Mataram di Malang, Senin (9/12/2013), yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Anti Kekerasan (AMAK).
Dari keterangan dan pengakuan Mustaqim, pihak mahasiswa asal Mataram sudah mengumpulkan delapan saksi yang terdiri dari mahasiswa baru (maba) yang ikut ospek bersama Fikri.
"Kita dua malam mendatangkan delapan saksi, yang dari jurusan Planologi angkatan 2013. Dari pengakuan delapan saksi itu, mahasiswa memang menerima perlakuan tidak manusia," katanya.
Bagi mahasiswa baru laki-laki, disuruh seperti berhubungan suami istri, dengan para mahasiswi baru. "Yang tidak manusiawi juga, peserta ospek diberi singkong yang bentuknya seperti alat kelamin dan diminta untuk alat oral. Ini kan sudah cukup bejat dan tidak manusiawi," kata Mustaqim.
Sebanyak 114 mahasiswa baru kata Mustaqim membeberkan pengakuan delapan para saksi, bahwa hanya diberi satu botol mineral, untuk diminum banyak mahasiswa itu. "Kasus ini harus diusut tuntas dan pihak ITN harus bertanggungjawab atas kasus ini," katanya.
http://regional.kompas.com/read/2013/12/09/1038190/Orientasi.di.ITN.Mahasiswa.Disuruh.Aksi.Hubungan.Intim
Panitia Pelonco Maut ITN [Hanya] Diskors Kampus
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Institut Teknologi Negeri Malang I Wayan Mundra menyatakan pihak kampus bersikap tegas terhadap panitia kegiatan Kemah Bakti Desa. Sebanyak 53 mahasiswa yang terlibat dalam kepanitiaan kegiatan tersebut diskors selama satu sampai dua semester.
Fikri, mahasiswa Jurusan Planologi ITN angkatan 2013, tewas setelah mengikuti orientasi Kemah Bakti Desa yang dilaksanakan di Gua Cina, Dusun Rowotrate, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, 11 Oktober lalu. Dugaan sementara polisi, Fikri meninggal akibat kelelahan.
ITN, kata Wakil Rektor, belum mengambil tindakan hukum atas kasus tersebut. ITN, kata dia, memilih cara kekeluargaan dan terus berkomunikasi dengan pihak keluarga. Ia mengaku telah menyelesaikan persoalan tersebut dengan keluarga korban. "Jalan kekeluargaan itu yang kami tempuh," kata dia kepada Tempo, Rabu, 11 Desember 2013.
Lalu Haq Mustaqim, juru bicara mahasiswa asal Mataram, Nusa Tenggara Barat, menuntut agar pelaku kekerasan bertanggung jawab secara hukum atas kematian Fikri. Alasannya, pelaku telah menghilangkan nyawa orang sehingga perbuatannya tergolong tindak pidana dan pelanggaran HAM.
Pihak keluarga korban, kata dia, tak mendapat penjelasan atas penyebab kematian Fikri. Keluarga, kata dia, juga tak mendapat hasil visum. Keluarga hanya diberi akta kematian.
Mereka menduga pihak ITN sengaja menutupi fakta dalam kematian Fikri. Dengan begitu, peristiwa kematian Fikri akibat kekerasan yang dilakukan mahasiswa senior ITN tak didengar publik. Menurut Lalu, tindak kekerasan dalam masa orientasi telah menjadi tradisi dan dilakukan setiap tahun. Karena itu, mereka menuntut ITN menghentikan segala bentuk kegiatan yang menjurus ke tindakan brutal.
http://www.tempo.co/read/news/2013/12/11/063536544/Panitia-Pelonco-Maut-ITN-Diskors-Kampus
Mahasiswi Pelonco ITN Dipaksa Mengulum Singkong
Joko dan Dodo--bukan nama sebenarnya--mahasiswa Jurusan Planologi Institut Teknologi Nasional Malang angkatan 2013, mengungkapkan adanya praktek tak senonoh selama kegiatan perpeloncoan mahasiswa Institut Teknologi Nasional Malang.
Menurut Joko, pelecehan seksual terjadi ketika peserta laki-laki diperintahkan saling berpelukan layaknya sedang berhubungan intim. Sedangkan sekitar 50 mahasiswi diminta mengulum sebatang singkong yang berbentuk seperti kelamin laki-laki.
Orientasi mahasiswa baru di ITN itu digelar dengan tajuk Kemah Bakti Desa (KBD) di Gua Cina, Oktober lalu. Diduga, akibat berbagai aksi kekerasan dalam perpeloncoan itu, seorang mahasiswa bernama Fikri Dolasmantya Surya meninggal dunia.
Dodo mengatakan, peserta orientasi hanya menginap dua malam di rumah warga. Selanjutnya, mereka tidur di tenda. Setiap malam, mereka mengalami kekerasan yang sama dan berulang, hingga kemudian mereka mendengar kabar Fikri terjatuh dan meninggal.
Dosen penanggung jawab KBD, Hutomo Moestajab, menyangkal terjadi kekerasan selama kegiatan. Menurut dia, sejumlah dosen mengawasi kegiatan, meski tidak 24 jam. "Tak boleh ada main tangan," katanya. Ia juga membantah dosen maupun senior mengintimidasi mahasiswa baru.
http://id.berita.yahoo.com/mahasiswi-pelonco-itn-dipaksa-mengulum-singkong-011445537.html
Begini Brutalnya Pelonco ITN Versi Warga Sitiarjo
Perilaku brutal panitia Kemah Bakti Desa atau KBD yang diadakan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang memegalkan hati warga yang mendiami lokasi obyek wisata Pantai Gua Cina, RT 49/RW 09, Dusun Rowotrate, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Warga marah saat melihat banyak mahasiswa baru peserta KBD dikasari dengan bentakan dan hukuman fisik yang berat. Mulyati, misalnya, bahkan sampai menangis saat melihat Fikri Dolasmantya Surya duduk selonjoran di teras warung kosong milik tetangganya dalam kondisi pucat pasi dan lemas pada Jumat sore, 11 Oktober 2013, atau sehari sebelum dia meninggal.
"Mau ngasih minum saja dilarang sama panitia karena katanya buat pembentukan karakter. Saya sampai menangis di dapur, jangan sampai anak-cucuku diperlakukan begitu," kata Mulyati kepada Tempo, Jumat, 13 Desember 2013.
Dia kerap mendengar peserta KBD dibentak-bentak. Warga melihat peserta KBD berguling-guling di jalan berpasir sepanjang 30-40 meter pada siang hari. Ada juga peserta yang disuruh push-up. Dia menggambarkan pula betapa tidak manusiawinya panitia memperlakukan peserta kemah yang kebelet buang hajat. Selalu saja ada seorang pengawas yang menunggu di pintu toilet sambil menghitung sampai tiga.
"Kalau lewat hitungan ketiga, pintu toilet digedor-gedor. Saya sempat menegur panitia karena saya khawatir ada apa-apa di kamar mandi saya. Tapi dijawab tidak ada apa-apa. Ada beberapa peserta yang keluar toilet dengan celana basah, mungkin karena pipisnya belum selesai," kata Mulyati.
Sih Panrimo, anggota Paguyuban Mitra Kelola Wanawisata Pantai Gua Cina, juga merasa geram. Panrimo bertubuh tinggi-besar dengan tato di sekujur badan yang berwarna gelap. Ia bersama Maryono, ketua Paguyuban, sempat melihat Fikri dibanting dan ditendang pada bagian rusuk kiri-kanannya pada Kamis pagi, 10 Oktober. Pakaian Fikri sampai sobek-sobek dan kotor. "Saya memilih pergi karena tidak tega," kata dia.
Kemarahan warga makin bertambah pada Jumat, 11 Oktober 2013, sekitar pukul 11 siang. Maryono sempat melihat sejumlah mahasiswa, kebanyakan perempuan, yang pingsan di dekat portal loket masuk wanawisata. Ada yang dibonceng dengan sepeda motor, ada pula yang diangkut dengan mobil pikap ke barak induk. Di sana, panitia mendirikan empat barak ala militer.
Sekitar pukul 15.00, Panrimo sempat melihat Fikri dikerubuti di depan warung milik Mbah Ri. Fikri terlihat lemas dan pucat, persis yang disaksikan Mulyati dari dekat. Dan, pada Sabtu, 12 Oktober 2013, sekitar pukul 10.00, banyak panitia perempuan dan mahasiswa yang menangis. Cerita yang beredar di masyarakat, waktu itu Fikri sudah meninggal dan dibawa diam-diam dengan pikap Panther biru ke Puskesmas Sitiarjo. Bak mobil ditutup dengan kain terpal.
http://www.tempo.co/read/news/2013/12/13/058537320/Begini-Brutalnya-Pelonco-ITN-Versi-Warga-Sitiarjo