Nasionalisme: Propaganda Kapitalis Berkedok Cinta Tanah Air
Nasionalisme sering dipahami sebagai rasa cinta tanah air, kebanggaan budaya, dan semangat membangun negeri. Namun, dalam praktiknya, nasionalisme juga bisa disalahgunakan. Ia berubah menjadi nasionalisme buta: slogan kosong yang hanya jadi alat elit politik dan kapitalis untuk mengendalikan rakyat.
Nasionalisme Sehat vs Nasionalisme Buta
Nasionalisme sehat berarti cinta tanah air yang sejati—membangun negeri dengan adil, menjaga budaya, dan melindungi rakyatnya.
Sebaliknya, nasionalisme buta hanyalah propaganda. Rakyat digiring untuk “bersatu” melawan musuh imajiner, sementara hasil jerih payahnya justru masuk ke kantong segelintir elit.
Contoh klasiknya adalah perang. Seringkali ia dilegalkan dengan slogan “demi bangsa”, padahal perusahaan senjata yang sebenarnya panen laba. Rakyat bekerja keras demi negara, tapi hasilnya tidak kembali ke mereka.
Nasionalisme dan Kapitalisme Global
Kapitalisme global kerap menggunakan nasionalisme sebagai tameng untuk mengamankan pasar dan sumber daya.
Sejarah mencatat banyak contoh:
-
Kolonialisme: bangsa Eropa menjajah Asia-Afrika dengan dalih “misi peradaban”.
-
Perang modern: invasi dibungkus jargon patriotisme, padahal motivasinya minyak, tambang, atau pasar baru.
Dengan demikian, wajar jika nasionalisme buta disebut sebagai legitimasi penjajahan gaya baru oleh kapitalis.
Alternatif dari Kiri: Kesetaraan dan Solidaritas Global
Gerakan kiri progresif tidak menolak cinta tanah air. Mereka justru menegaskan bahwa cinta tanah air harus sehat, bukan dipakai untuk menindas rakyat.
Sebagai gantinya, mereka menawarkan visi kesetaraan global:
-
Rakyat di negara maju dan miskin sama-sama manusia.
-
Kekayaan dunia seharusnya dibagi lebih adil, bukan ditumpuk segelintir korporasi.
-
Solidaritas lintas bangsa menjadi kunci: buruh, tani, dan rakyat kecil di seluruh dunia bersatu melawan penindasan kapitalis global.
Kesetaraan sebagai Benteng
Ketika nasionalisme buta membuat rakyat tunduk pada elit dan kapitalis, maka kesetaraan (ekonomi, sosial, politik) hadir sebagai benteng. Dengan kesetaraan:
-
Rakyat bisa hidup layak tanpa ditipu jargon kosong.
-
Hak-hak minoritas dan kelompok kecil dihormati.
-
Kekuasaan tidak lagi dipakai untuk memperkaya segelintir pihak.
Contoh Nasionalisme Buta di Indonesia
Fenomena ini nyata di Indonesia. Nasionalisme sering jadi bungkus manis untuk kepentingan kapitalis:
DELETED
Penutup
Nasionalisme sehat memang perlu: cinta tanah air, kedaulatan atas kekayaan, dan keadilan untuk rakyat kecil. Tapi nasionalisme buta hanya akan menjadi slogan kosong, dipakai elit dan kapitalis untuk melanggengkan eksploitasi.
Karena itu, kritik kiri menjadi relevan: nasionalisme harus disaring, jangan sampai jadi alat kapitalis.