Page Nav

HIDE

Post/Page

Weather Location

News:

latest

Tipe Pemilih di PEMILU 2014, Anda Masuk yang Mana?

Wajib pilih yang tidak memilih (golput) pada pemilihan umum legislatif 9 April 2014 diprediksi akan meningkat. Penyebabnya, kredibilitas DPRD menurun dan partai politik nanti jelang pemilu baru bikin pendekatan.
”Saya berasumsi …

Wajib pilih yang tidak memilih (golput) pada pemilihan umum legislatif 9 April 2014 diprediksi akan meningkat. Penyebabnya, kredibilitas DPRD menurun dan partai politik nanti jelang pemilu baru bikin pendekatan.
Daftar Partai Peserta Pemilu 2014 sesuai nomor urut
”Saya berasumsi dalam pemilihan legislatif tahun 2014 ini, jumlah golput justru akan bertambah,” kata pengamat politik Sulut Ferry Daud Liando, kemarin.

Analisisnya terdapat dua jenis pemilih dalam menggunakan hak suaranya, yaitu :
1. Pemilih irasional dan
2. Pemilih rasional.

 Karakter pemilih irasional adalah pemilih yang memilih bu¬kan karena tertarik dengan visi, kapasitas dan perjuangan calon legislatif (caleg), melainkan pe¬milih yang berkontribusi karena faktor uang dan hadiah, faktor kekerabatan dengan caleg, ke¬samaan agama dan etnik dengan caleg.

Sekalipun pemilih irasional tidak mengandung nilai dan tidak punya legitimasi, namun pemilih irasional ini adalah pemilih yang punya kontribusi besar terhadap penekanan angka golput.

Sementara pemilih rasional adalah pemilih yang dipengaruhi oleh kualitas dan visi caleg. “Jika pemilih ini tidak yakin dengan visi, kapasitas dan janji-janji caleg maka mereka tidak mau memilih. Sebab mereka akan menganggap sekalipun mereka memilih, tidak akan mengubah nasib mereka,” terang akademisi Universitas Sam Ratulangi ini.

Dan penyumbang terbesar terhadap angka golput bersum¬ber dari pemilih rasional. Yang mana pemilih rasional akan memperhatikan betul seberapa jelas visi dan misi caleg yang hendak dipilihnya. Sementara kondisi saat ini, kontribusi parpol maupun DPR dan DPRD dinilai Liando sangat buruk. Malahan DPR dan DPRD dinilai sebagai lembaga terkorup. Parahnya lagi, parpol hanya akan menyapa masyarakat ketika hendak ada pemilu. Di luar itu masyarakat akan ditelantarkan. “Fenomena ini yang akan mem¬bentuk sikap pemilih rasional untuk tidak akan memilih, dan diprediksi pileg tahun ini angka golput meningkat,” jelasnya.

SUMBER Sebagian Artikel : www.koran-sindo.com/node/369592‎
dibawah ini ada penggalan artikel dari sebuah blog tentang Golput :
Di berbagai forum dan media, baik media sosial maupun konvensional, terjadi sebuah penggiringan opini bahwa orang-orang golput adalah sekumpulan pemalas yang tidak mau memakai hak politiknya sehingga membuat demokrasi di Indonesia tidak meningkat kualitasnya dan pada akhirnya kehidupan dan kesejahteraan masyarakat tidak meningkat.

Ini adalah sebuah fenomena yang menggetirkan karena seakan-akan semua permasalahan yang ada di bangsa ini adalah kesalahan golput padahal tidak ada teori ilmu politik manapun atau fakta sejarah yang menunjukkan bahwa golput memiliki hubungan dengan kualitas demokrasi maupun kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Golput pada hakekatnya juga sebuah hak politik yang dipergunakan yaitu hak untuk tidak memilih karena berbagai alasan. Terlalu kerdil dan dangkal rasanya untuk menyatakan golput adalah sebuah tindakan yang salah dari para pemalas. Ada berbagai pertimbangan dan alasan rasional di balik keputusan untuk menjadi golput di masa seperti sekarang.
http://hans-david.blogspot.de/2013/11/kenapa-menjadi-golput-adalah-pilihan.html

Ada anggapan bahwa Golput merupakan gambaran warga atau komunitas tertentu dinilai kurang berani mengambil keputusan ,atau tidak dapat menilai secara politis keputusan yang terbaik dalam menentukan pilihan.

Lalu, apa yg menyebabkan seseorang melakukan golput dalam pemilu menurut anda ?

Dorongan untuk tidak Golput dari salah satu blogger juga :
Cob anda pikirkan. Jika memang ada begitu banyak calon, maka logikanya memang benar bahwa banyak (paling tidak ada) posisi yang bisa diisi oleh orang-orang yang notabene kompeten, tulus dan mulia (harusnya kompeten, tulus dan mulia)

Jika anda punya waktu lagi, coba anda pikirkan. Jika memang ada yang mencalonkan, maka logikanya pasti ada yang terpilih.

Jika ada beberapa calon pun, pasti ada salah satu yang terpilih.

Jika ada salah satu yang terpilih, maka logikanya, harusnya (sekali lagi), berkompeten, tulus dan mulia.

Jika kita tidak memilih, maka logikanya kita membiarkan siapa saja mengisi posisi-posisi penting negeri ini.

Jika kebetulan, kebetulan nih… Orang yang mengisi tidak kompeten, tulus dan mulia. Maka?

Jika kita membiarkan orang tidak berkompeten, tulus dan mulia mengisi posisi-posisi penting itu, maka logikanya kita membiarkan kehidupan bernegara kita dipimpin mereka-mereka itu.

Jika kita membiarkan mereka artinya kita membiarkan mereka untuk menulis cerita tentang hidup bernegara kita.

Jika hal buruk terjadi, maka logikanya akibat kita juga? BISA JADI!

Jika logikanya akibat kita juga, maka logikanya kita harusnya bisa meresponse dengan cara mungkin cas cis cus saja atau pun turun langsung.

Percayalah! Pilihlah salah satu dari mereka sebelum orang lain terpilih dan anda kecewa.

Percayalah! Banyak calon yang siap anda pilih dan juga banyak juga yang akan kalah sia-sia karena anda tidak memilih.

Carilah, Tentukanlah, Majukanklah, Kenalkanlah calon yang anda bisa pilih. Buat anda yang pernah dikecewakan, jangan pernah nyesel. Hidup anda belum kiamat.
http://felixkusmanto.com/2013/09/08/kenapa-kita-harus-memilih-salah-satu-dari-mereka-caleg-capres-dll-2/

Benar kata blogger diatas, namun jika memang sudah benar-benar tidak ada yang "Kompeten Tulus, dan Mulia" Lalu bagaiamana? apa kita harus memilih juga, ibarat lempar dadu??
Alangkah seram nya jika harus seperti itu. mungkin di Surat suara harus ada pilihan "GOLPUT".

Ya memang, seharusnya ada (harus ada (pasti ada)) calon yang "Kompeten, Tulus, dan Mulia".

Sumber google.

3 komentar

  1. untuk CALEH, alias dHewan, saya yakin golput. tapi kalau presiden, insaallah masih milih.

    BalasHapus
  2. benar mas, saya juga untuk caleg sudah yakin golput. karena lihat saja kerja dHewan kita? apa ada yg bener? janji-janjinya memuakkan.

    BalasHapus