Page Nav

HIDE

Post/Page

Weather Location

News:

latest

[Ngeri] Cerita Kolektor Potongan Jenazah & Jarik Penutup Mayat

Siapa sangka, pria yang tampak kalem dan sabar ini juga kolektor yang menyeramkan. Beliau menyimpan potongan-potongan tubuh orang mati karena kecelakaan. Bukan hanya itu, ratusan jarik orang mati pun disimpan dan sebagian dijahit…

Siapa sangka, pria yang tampak kalem dan sabar ini juga kolektor yang menyeramkan. Beliau menyimpan potongan-potongan tubuh orang mati karena kecelakaan. Bukan hanya itu, ratusan jarik orang mati pun disimpan dan sebagian dijahit untuk baju yang dipakai sehari-harinya. Baju tersebut juga diberi tulisan nama dan tanggal serta tahun orang yang meninggal. “Sudah berapa orang mati yang saya dapat koleksinya. Nggak terhitung. Sudah 33 tahun saya ngoleksi. Kalau 500 orang mati ya lebih.” Katanya tenang.
Bahkan saat gelisah, untuk menenangkan jiwanya, ia tidur dengan tumpukan jarik bekas orang mati. Bahkan, peti mati serta tali tampar dan bekas orang gantung diri serta tali pocongnya ia sertakan di sampingnya.

Koleksinya yang paling menyeramkan adalah tasbih. Diantara butiran tasbih tersebut, ada bola mata orang kecelakaan tertabrak kereta yang meninggal dan tidak ditemukan polisi saat melakukan olah TKP. “Jadi bola mata ini saya pakai tasbih. Selain untuk ibadah, juga untuk mengirim do’a pada yang meninggal atau yang punya mata ini.” Terangnya.

Selain itu, otak manusia bekas kecelakaan tertimpa tower. Gumpalan itu disimpan di dalam plastik bersama rambutnya yang didapat dari ceceran di jalan. “Sebenarnya saya koleksi ini tidak ada maksud apa-apa. Saya hanya mengenang saja, bahwa mereka juga pernah hidup dan pernah berbuat baik.

Idham sendiri tidak pernah dihantui dengan wujud di rumahnya, hanya saja kerap kali ada aroma wangi yang tercium di rumahnya.

Hobi menyimpan jarik bekas penutup orang mati itu, bermula ketika ayah Idham kecil yang bernam Mahmudoh Rafi’i meninggal dunia. “Saat itu saya gelisah nggak bisa tidur. Terus jariknya saya pakai selimut dan saya bisa langsung tidur. Termasuk jarik penutup jenazah nenek saya. Nggak tahu terus sampai berkelanjutan, bahkan saya juga minta ke om dan tante saya juga. Kainnya ya saya pakai selimut waktu tidur,” kenang Idham yang waktu kecil akrab dipanggil Chalid.

Tak hanya hobi mengoleksi baju batik dari bekas jarik atau kain penutup orang mati, Idham Chalid, Kabid Operasional Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya, Jawa Timur juga suka mengoleksi potongan-potongan tubuh orang mati karena kecelakaan.

Mantan protokoler Pemkot Surabaya semasa kepemimpinan almarhum Sunarto Sumoprawiro atau Cak Narto pada tahun 1999-2001 itu mengaku, menjalani hobi nyleneh tersebut sejak dia masih kanak-kanak, tepatnya tahun 1979, ketika itu dia duduk di bangku sekolah dasar (SD).

Hobi menyimpan jarik bekas penutup orang mati itu, bermula ketika ayah Idham kecil yang bernam Mahmudoh Rafi’i meninggal dunia. “Waktu itu saya masih kelas empat SD. Kain bekas penutup jenazah ayah saya itu saya simpan. Termasuk jarik penutup jenazah nenek saya. Nggak tahu terus sampai berkelanjutan, bahkan saya juga minta ke om dan tante saya juga. Kainnya ya saya pakai selimut waktu tidur,” kenang Idham yang waktu kecil akrab dipanggil Kalid itu.

Ketika SMP, Idham berkisah, dia sempat melihat orang bunuh diri menabrakkan tubuhnya ke kereta api yang tengah melaju kencang. Tubuh orang itupun hancur berantakan. Kepala, tangan dan kikinya terpisah dari tubuhnya.

“Saat saya duduk di bangku SMP, saya melihat ada orang, kayaknya dia itu sakit jiwa, kayak orang hilang ingatan gitu. Dia tiba-tiba menabrakkan tubuhnya ke kereta yang lewat. Tubuhnyapun berantakan,” kata Idham bercerita.

Polisi yang datang ke TKP, berusaha mengumpulkan potongan-potongan tubuh korban tersebut. “Setelah dikumpulkan, ternyata ada yang tidak ditemukan. Biji mata orang hilang. Kemudian saya bertemu teman SD saya dan menemukan bola mata korban menyangkut di atas daun luntas. Terus saya minta dan saya buat kalung, yang bisa berfungsi sebagai tasbih. Karena butiran kalung besi itu berjumlah 99 sejumlah tasbih,” ungkap pria 47 tahun itu.

Tak berhenti di situ, warga Siwalan Kerto Surabaya ini, terus melanjutkan perburuannya. Meski sempat berhenti menekuni hobi aneh tersebut. Idham mengaku meninggalkan kebiasaannya itu saat duduk di bangku SMP.

Namun, kebiasaan aneh kembali belanjut hingga dia menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemkot Surabaya. “Saat duduk di bangku SMP, hobi itu sempat hilang, ya karena pergaulan dengan teman-teman baru. Bahkan jarik bekas penutup orang mati yang saya kumpul juga hilang, entah ke mana. Waktu itu ada sekitar 10-an,” kata dia.

Bukan hanya, biji mata orang mati dan kain bekas penutup jenazah yang dia modifikasi menjadi barang bermanfaat. Melainkan tambang bekas orang gantung diri juga dia simpan. “Waktu saya minta ke polisi, kan oleh mereka juga tidak akan dirawat, jadi saya minta dengan alasan untuk lomba tarik tambang. Teman saya bilang, kalau ada lomba tarik tambang pakai tambang itu saya nggak ikutan,” cerita Idham sambil tertawa.

Selanjutnya, saat bertugas sebagai petugas pemadam dia juga mengaku menyimpan kulit korban kebaran bernama M Rofik. “Waktu itu, saya ikut mengangkut jenazah korban. Saya bilang ke teman saya, baunya kayak lele panggang ya, ini kulitnya masih nempel, mau saya simpan. Teman saya bilang, wes aku nggak mau satu mobil sama kamu,” kata dia menirukan kalimat rekannya sambil tertawa.

Selanjutnya, kembali dia bercerita, kalau sampeyan (Anda) ingat kejadian orang yang meninggal tertimpa tower di Tambak Rejo, Surabaya dulu, potongan bagian tubuhnya juga masih saya simpan. “Kalau ndak salah namanya Rifai. Nah si Rifai ini, sebelum meninggal sempat memangkas pohon randu di daerah Lakarsantri, yang kata warga sekitar wingit (angker). Katanya, bagi siapa saja yang memotong pohon itu akan kena musibah,” kembali dia berkisah.

Nah, setelah memotong pohon itu memang tidak terjadi apa-apa. “Bahkan si Rifai ini sukses menancapkan tower yang dia kerjakan. Namun, saat memasang tower di Tambak Rejo, kejadian. Towernya ambruk dan menimpa tubuhnya. Dan ini otak dan sedikit bagian rambut si Rifai. Jadi ini bukan untuk apa-apa, hanya sekedar mengingat, bahwa si Rifai ini pernah hidup dan punya sejarah,” cerita dia sambil menunjukkan bungkusan plastik bertuliskan nama Rifai yang berisi sebagian otak dan rambut si Rifai.

Pria yang mengaku tidak pernah mempercayai kejadian mistis karena meyakini bahwa dimensi dunia fana dan alam goib jelas tidak bisa menyatu itu juga mengaku, begitu senang mengumpulkan benda-benda keramat lainnya, seperti kayu setigi, cendana, lukisan kuno Maha Patih Gajah Mada, lukisan Nonik Belanda, Ratu Pantai Selatan, butiran tasbih Wali Songo, keris pusaka dan benda-benda keramat lainnya.

Meski begitu, dia mengaku tidak ada perawatan khusus seperti laiknya para kolektor pusaka yang kerap mencuci pusakanya pada malam 1 Suro. “Saya tidak percaya hal-hal semacam itu. Ini cuma sekedar mengingat sejarah masa lalu dari orang yang sudah meninggal saja. Saya tidak pernah melakukan ritual-ritual aneh untuk merawat benda-benda ini. Kalau ada penampakan akibat dari benda-benda mistis, itu hanya halusinasi yang dilebih-lebihkan oleh orang tersebut. Kalau orang memahami inti Al Quran, pasti berpikiran sama dengan saya,” tandas dia mencoba meyakinkan.


Sumber : sicom

Tidak ada komentar