Page Nav

HIDE

Post/Page

Weather Location

News:

latest

Nasib Perempuan di Daerah yang Menerapkan Perda Syariah

APA yang sering terjadi di daerah yang menerapkan Perda Syariah? Biasanya korban pertama adalah perempuan. 

Entah kenapa jika bicara Syariah perempuan selalu ditempatkan jadi objek yang harus diatur secara detil. Soal pakaian. Soa…

APA yang sering terjadi di daerah yang menerapkan Perda Syariah? Biasanya korban pertama adalah perempuan. 

Entah kenapa jika bicara Syariah perempuan selalu ditempatkan jadi objek yang harus diatur secara detil. Soal pakaian. Soal cara bergaul. Bahkan di Aceh perempuan yang kedapatan nongkrong di warung kopi semeja dengan cowok yang bukan suaminya akan dikenakan hukuman.

Bukan cuma itu. Meskipun perempuan Aceh sudah berjilbab, tetapi menggenakan blue jeans yang ketat, tetap juga kena hukuman. Sampai cara naik motor saja diatur Pemda. Gak boleh nyemplak. 

Di Tangerang pernah ada Perda berbasis syariah yang mengatur jam malam bagi perempuan. Seorang buruh garmen terpaksa lembur untuk memenuhi kebutuhkan ekonomi keluarganya. Ia seorang harus pulang ke rumah agak larut.

Apa yang terjadi? Pamong Praja menangkapnya. Tuduhannya serius. Ia disangka pelacur karena berjalan sendirian di malam hari. Dibawa ke tempat penampungan disatukan dengan para penyandang masalah sosial. 

Seorang karyawati garmen yang bekerja keras untuk menafkahi keluarganya dipermalukan oleh Pamong Praja yang hadir untuk menegakkan syariah. Ketika wajahnya disorot kamera TV, apa yang dirasakan perempuan baik-baik itu? Apa yang dirasakan anak-anaknya di rumah? Apa yang dirasakan suaminya yang juga bekerja sebagai tukang ojeg? Ketika ibu dan istri yang sedang mencari nafkah dituduh dengan tudingan menyakitkan dan ditampilkan wajahnya ke publik. 

Di Aceh, lebih seru. Seorang perempuan diperkosa oleh delapan lelaki. Salah satunya adalah pacarnya yang brengsek. Kasusnya masuk pengadilan. Apa hukuman yang dijatuhkan?

Nasib Perempuan di Daerah yang Menerapkan Perda Syariah

Lelaki pemerkosa itu memang dihukum. Tetapi perempuan korban perkosaan juga kena hukuman. Dia dicambuk di muka umum. Wajahnya diperlihatkan. Alasannya karena dia datang ke rumah pacarnya sendirian. 

Perda Syariah di Aceh seringkali digunakan untuk mempermalukan perempuan. Dicambuk di depan khalayak. Ketika cambuk algojo melucuti tubuhnya, ada rasa yang jauh lebih sakit dari sekadar ujung cambuk itu. Rasa dipermalukan. Rasa sebagai pendosa yang pekik sakitnya keyika dicambuk disambut dengan teriakan kegembiraan orang-orang yang menyaksikan. 

Adakah yang lebih sakit dengan harga diri yang tersayat? Adakah yang lebih menghimpit selain dari hukuman sosial yang mempermalukan? 

Aceh memang tidak segila Taliban di Afghanistan. Di negeri yang tidak pernah berhenti konflik tersebut, pernah dipimpin oleh gerombolan orang gila syariah. Disana perempuan yang ke pasar sendirian, akan langsung dieksekusi. 

Alasannya karena tidak didampingi lelaki muhrim. Saya pernah menyaksikan gambaran ini dalam film berjudul Kandahar. Sebuah kehidupan gelap para perempuan Afganistan. Mereka tersiksa karena kemiskinan, karena diskriminasi hukum, juga pandangan lelaki bahwa merekalah sumber dosa. 

Perempuan dalam pemerintahan Taliban hanyalah perkakas menyebalkan yang harus diawasi. Dia cuma pemeran figuran dalam kehidupan lelaki. 


Nasib Perempuan di Daerah yang Menerapkan Perda Syariah



Di Saudi Arabia, atas nama syariah perempuan tidak bisa menyetir mobil sendiri. Suara mereka di politik juga tidak diakui. Jika kita amati pasangan suami istri di Saudi berjalan, jarang kita lihat mereka jalan berjalan bergandeng tangan. Biasanya lelaki jalan di depan dan perempuannya kucluk-kucluk mengikuti dari belakang.

Saya curiga lahirnya Perda-perda seperti itu, dulu cuma cara konyol politisi menyembunyikan kebobrokannya. Para pejabat bebas mengutil duit negara. Gak peduli pada layanan publik. Tapi rakyat ditipu bahwa mereka mewakili pemerintahan yang islami. Ujung-ujungnya agama dijadikan kedok lagi. 

Makanya saya setuju, ketika dalam pidatonya ketua umum PSI Grace Natalie berkata, PSI tidak setuju pada pembuatan Perda Injili dan Perda Syariah. Sebuah pernyataan yang tegas dan jelas. Disampaikan justru ketika partai-partai nasionalis sedang bergenit-genit pada isu agama. Demi kekuasaan. Sebab, dari situlah awalnya penindasan pada perempuan. 

Entahlah, apakah Tuhan hanya milik para lelaki? Padahal nama Allah yang paling akrab adalah Arrahman-Arrahim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sebuah kosa yang mewakili kelembutan perempuan.

sumber

Artikel ini dai ambil dari sumber diatas, masalah pandangan pribadi saya sama dengan pandangan sumber artikel ini.

Tidak ada komentar